Jumat, 27 November 2015

Tugas Ilmu Sosial Dasar


“Penyebab, Dampak dan Cara Mengatasi Perilaku Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme”


Disusun oleh   :

Nama      : Dyah Ayu Septiningrum
NPM       : 12315084
Kelas       : 1TA07

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Tahun 2015

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penyebab, Dampak dan Cara Mengatasi Perilaku Prasangka, Driskriminasi dan Etnosentrisme” guna memenuhi tugas Ilmu Sosial Dasar dengan tepat waktu.
Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada Bapak Emilianshah yang telah membantu dan membimbing saya dalam mengerjakan makalah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang  sudah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada pembaca dari hasil makalah ini, salah satunya untuk memperluas pengetahuan tentang Penyebab, Dampak dan Cara Mengatasi Perilaku Prasangka, Diskrimanasi dan Etnosentrisme. Saya membuat makalah ini berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk  itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menyempurnakannya makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat dan dapat membuka wawasan bagi saya khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.



Jakarta, 25 November 2015






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..iii

BAB I     PENDAHULUAN
A.    Latar belakang…………………………………………………………………………….1
B.     Rumusan masalah ………………………………………………………………………...2
C.     Tujuan……………………………………………………………………………………..2

BAB II   PEMBAHASAN
A.    Pengertian Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme…………………………………..3
B.     Penyebab dan Dampak dari Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme…………...……7
C.     Cara Mengatasi Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme ……….…………………..10


               
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………...................12
B.     Saran……………………………………………………………………………….........12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………13

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
Perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka. Akibat perbedaan itu terkadang terjadi konflik antar suku, ras, budaya, agama yang mungkin terjadi akibat kesalah pahaman atau memenang ada yang sengaja memecah belah, apalagi Negara Indonesia memiliki banyak ragam suku, ras, agama, dan kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu saya ingin memebahas tentang penyebab, dampak dan cara mengatasi sikap Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme.










B.     Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Apa pengertian Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme?
2.      Apa saja Penyebab dan Dampak dari Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme?
3.      Bagaimana cara mengatasi Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrime?


C.     Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme
2.      Untuk mengetahui penyebab dan dampak Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme
3.      Untuk mengetahui cara mengatasi Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme













BAB II
PEMBAHASAN


a.      Perngertian Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme

-          Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional
John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori            :
1.      Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
2.      Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai.
3.      Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak.
Prasangka merupakan sebuah tipe khusus dari sikap yang cenderung kearah negatif sehingga konsekuensinya:
1.      Berfungsi sebagai skema (kerangka pikir kognitif untuk mengorganisasi, menginterpretasi dan mengambil informasi) yang mempengaruhi cara memproses informasi.
2.      Melibatkan keyakinan dan perasaan negatif terhadap orang yang menjadi anggota kelompok sasaran prasangka.
Sumber prasangka ada 5, yaitu:
1.      Konflik langsung antar kelompok. Berdasarkan Teori Konflik Realistik (Realistic Conflict Theory) di mana prasangka muncul karena kompetisi antar kelompok social untuk memperoleh kesempatan atau komoditas yang berharga yang berkembang menjadi rasa kebencian, prasangka dan dasar emosi. Contoh: konflik antara para migrant dengan masyarakat setempat, masyarakat setempat cenderung memiliki prasangka terhadap para migrant  ini karena para migrant lebih mampu untuk survive dan berhasil di wilayah barunya sehingga menimbulkan rasa kebencian pada  masyarakat setempat terhadap para migrant. Hal ini dapat dilihat pada konflik yang terjadi di Ambon, atau Kalimantan.
2.      Pengalaman awal. Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory), prasangka dipelajari dan dikembangkan dengan cara yang sama serta melalui mekanisme dasar yang sama, seperti sikap yang lain yakni melalui pengalaman langsung dan observasi/vicarious. Contoh: Santi sejak kecil sering mendengar orangtuanya melontarkan komentar-komentar negatif terhadap orang dari golongan etnis Tionghoa, maka Santi juga akan ikut meyakini pandangan negatif orang tuanya tentang etnis Tionghoa tersebut. Selain itu, media massa juga memiliki peran dalam pembentukkan prasangka.
3.      Kategorisasi Sosial, yakni kecenderungan untuk membuat kategori social yang membedakan antara in-group—“kita”—dengan out-group—“mereka”. Kecenderungan untuk memberi atribusi yang lebih baik dan menyanjung anggota kelompooknya sendiri daripada anggota kelompok lain. Kategori social ini menjadi prasangka, dapat dijawab berdasarkan Teori Identitas Sosial (Identitty Theory) dari Tajfel. Teori ini mengatakan bahwa individu berusaha meningkatkan self-esteem mereka dengan mengidentifikasikan diri dengan kelompok social tertentu. Namun, hal ini terjadi hanya bila orang tersebut mempersepsikan kelompoknya lebih superior daripada kelompok lain yang menjadi pesaingnya.
4.      Stereotip—kerangka berpikir kognitif yang terdiri dari pengetahuan dan keyakinan tentang kelompok social tertentu dan traits tertentu yang mungkin dimiliki oleh orang yang menjadi anggota kelompok-kelompok ini. Ketika stereotip telah terbentuk, stereotip akan membangun persepsi kita terhadap orang lain, sehingga informasi baru tentang orang ini akan diinterpretasikan sebagai penguatan terhadap stereotip kita, bahkan ketika hal ini tidak terjadi.
5.      Mekanisme kognitif lain: a) Ilusi tentang hubungan (illusory correlation) yaitu kecenderungan melebih-lebihkan penilaian tingkah laku negatif dalam kelompok yang relatif kecil. Efek ini terjadi karena peristiwa yang jarang terjadi menjadikannya lebih menonjol dan dengan mudah diingat; b) ilusi homogenitas Out-Group (illution of out-group homogeneity) yaitu kecenderungan untuk mempersepsikan orang-orang dari kelompok lain yang bukan kelompoknya sebagai orang yang serupa. Lawan dari kecenderungan tersebut adalah perbedaanin-group (in-group differentiation) yaitu kecenderungan untuk mempersepsikan anggota kelompoknya dalam menunjukkan keragaman yang lebih besar satu sama lain (lebih heterogen) daripada kelompok-kelompok lain.

-          Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakuan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan keparcayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karakteristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.
Diskriminasi dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
2.      Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.
Sementara itu bentuk-bentuk diskriminasi ada 2        :
1.      Diskriminasi kasar—aksi negatif terhadap objek prasangka rasial, etnis, atau agama—dan  kriminalitas berdasarkan kebencian (hate crimes)—kriminalitass yang berdasar pada prasangka rasial, etnis, dan tipe prasangka lainnya. Contoh: James Byrd seorang lelaki afro-amerika yang diseret dibelakang truk hingga meninggal oleh seorang laki-laki berkulit putih dengan prasangka tinggi.
2.      Diskriminasi halus: rasisme modern (rasial implicit)—rasisme berusaha menutup-nutupi prasangka di tempat umum, tetapi mengekspresikan sikap-sikap mengecam ketika hal itu aman dilakukan—dan tokenisme—contoh di mana individu menunjukkan tingkah laku positif yang menipu terhadap anggota kelompok out-group kepada siapa mereka merasakan prasangka yang kuat. Kemudian tingkah laku tokenistic ini digunakan sebagai alasan untuk menolak melakukan aksi yang lebih menguntungkan terhadap kelompok ini. Contoh: sebuah bank yang mempekerjakan orang dari etnis tertentu, supaya tidak disangka melakukan diskriminasi juga mempekerjakan masyarakat pribumi. Namun, masyarakat pribumi ini nantinya akan dipersulit untuk kenaikan jabatan.

-          Etnosentrisme adalah suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya. Etnosentrisme dapat juga diartikan fanatisme suku bangsa. Dalam etnosentrisme, ukuran yang dipakai adalah ukuran- ukuran masyarakatnya, makaorang akan selalu menganggap kebudayaannya memiliki nilai lebih tinggi dari kebudayaan kelompok masyarakat lain. Segi positif Etnosentrisme diantaranya : dapat menjaga kestabilan dan keutuhan budaya, dapat mempertinggi semangat patriotisme dan kesetiaan kepada bangsa, serta dapat memperteguh rasa cinta terhadap kebudayaan atau bangsa.


b.      Penyebab dan Dampak dari Prasangka, Diskriminasi dan Entosentrisme

Berikut adalah penyebab dan dampak dari perilaku prasangka

Ø  Penyebab pendorong muncul prasangka:
1.      Untuk meningkatkan citra diri/konsep diri/harga diri. Prasangka dapat memainkan sebuah peran penting untuk melindungi atau meningkatkan konsep diri mereka. Ketika individu dengan sebuah prasangka memandang rendah sebuah kelompok, hal ini membuat mereka yakin akan harga diri mereka sendiri.
2.      Menghemat usaha kognitif (prinsip heuristic). Ketika stereotip terbentuk, kita tidak perlu melakukan proses berpikir yang hati-hati dan sistematis, karena kita sudah “tahu” seperti apa anggota kelompok ini.

Ø  Dampak bagi orang yang menjadi obyek prasangka:
1.      Membentuk sikap rasial dan stereotip terhadap mereka sendiri
2.      Makin kuat seseorang menjadi bagian dari minoritas dan mengidentifikasikan diri maka makin sensitive terhadap prasangka halus dan makin kuat bereaksi terhadap prasangka tersebut.
Selain itu adapula prasangka terhadap gender di mana banyak budaya yang masih menempatkan wanita sebagai kaum minoritas. Prasangka yang dipengaruhi oleh gender ini disebutseksisme (sexism). Seksisme ada 2 jenis:
Seksisme yang penuh kebencian: pandangan bahwa wanita, jika tidak inferior terhadap pria, memiliki banyak trait negatif (contoh: mereka ingin diistimewakan, sangat sensitive, atau ingin merebut kekuasaan dari pria yang tidak seharusnya mereka miliki).
1.      Seksisme bentuk halus: pandangan yang menyatakan bahwa wanita pantas dilindungi, lebih superior daripada pria dalam banyak hal (contoh: mereka lebih murni dan lebih memiliki selera yang baik). Dan sangat diperlukan untuk kebahagiaan pria (contoh: tidak ada pria yang benar-benar bahagia kecuali ia memiliki seorang wanita yang ia puja dalam hidupnya).
2.      Selain itu adapula istilah glass cellings yaitu hambatan palsu berdasarkan bias sikap dan organisasi yang menghambat perempuan berkualitas mencapai posisi teratas dalam organisasinya.


Berikut adalah penyebab dan dampak dari perilaku diskriminasi

Ø  Munculnya perilaku Driskriminasi lebih disebabkan oleh adanya penyimpangan individual, penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang  yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya memiliki kelainan atau mempunyai penyakit mental sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya. Perilaku yang seperti inilah yang menjadikan factor munculnya sikap diskriminasi yang paling dominan dalam kehidupan bermasyarakat.
Adapun penyebab penyimpangan perilaku individual  adalah sebagai berikut :
1.      Penyimpangan tidak patuh pada nasehat orang tua agar mengubah pendiriannya yang tidak sesuai dengan nilai islam.
2.      Penyimpangan karena tidak taat terhadap pimpinan yang disebut pembangkang.
3.      Penyimpangan karena melanggar norma umum yang berlaku di sebut pelanggar.
4.      Penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak pembela. Disebut munafik.

Ø  Dampak  Diskriminasi
Sikap driskiminasi sangat bertentangan dengan ajaran islam, karena sikap Diskriminasi menunjukkan martabat yang rendah bagi pelakunya dan akan memicu munculnya perilaku buruk lainnya yang dilarang, akibat buruk dari sikap diskriminasi diantaranya adalah :
1.      Memicu munculnya sektarianisme, agama islam melarang umatnya hanya mementingkan kesukuan atau kelompoknya.
2.       Memunculkan permusuhan antar kelompok, perasaan melebihkan kelompok sendiri, dan merendahkan kelompok yang lain menjadi pemicu perseturuan antar kelompok.
3.      Mengundang masalah social yang baru, karena secara social seseorang tidak disikapi secara wajar, maka sikap diskriminasi dapat memancing munculnya masalah social yang bertentangan dengan ajaran islam.
4.      Menciptakan penindasan dan otoritarianisme dalam kehidupan, karena adanya perasaan lebih dan sentimen terhadap kelompok, sehingga hak-hak kelompok lain diabaikan.
5.      Menghambat kesejahteraan kehidupan, sikap diskriminasi lebih menonjolkan sikap egoisme pribadi ataupun kelompok.
6.      Menghalangi tegaknya keadilan, jika sikap diskriminasi dominan, maka keadilan sulit ditegakkan, karena dalam mengambil keputusan suatu masalah, selalu didasarkan pada pertimbangan subyektif diri atau kelompok yang dibelanya.
7.      Menjadi pintu kehancuran masyarakat, jika dibiarkan sikap diskriminasi akan dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan social.
8.      Mempersulit penyelesaian masalah, persoalan yang dihadapi mestinya segera diselesaikan secara baik, namun karena adanya sikap diskriminasi menjadi berlarut-larut.

Berikut adalah penyebab dan dampak dari perilaku Etnosentrisme

Ø  Faktor yang menjadi penyebab Etnosentrisme

1.      Budaya politik masyarakat yang cenderung tradisional dan tidak rasionalis. Budaya politik masyarakat kita masih tergolong budaya politik subjektif Ikatan emosional –dan juga ikatan-ikatan primordial- masih cenderung menguasai masyarakat kita. Masyarakat kita terlibat dalam dunia politik dalam kerangka kepentingan mereka yang masih mementingkan suku, etnis, agama dan lain-lain. 
2.      Pluralitas Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan golongan. Pluralitas masyarakat Indonesia ini tentu melahirkan berbagai persoalan. Setiap suku, agama, ras dan golongan berusaha untuk memperoleh kekuasaan dan menguasai yang lain.Pertarungan kepentingan inilah yang sering memunculkan persoalan-persoalan di daerah.

Ø  Dampak Etnosentrisme

1.      Konflik dapat menimbulkan keretakan hubungan antara individu dan kelompok. 
2.      Konflik menyebabkan rusaknya berbagai harta benda dan jatuhnya korban jiwa. 
3.      Konflik menyebabkan adanya perubahan kepribadian. 
4.      Konflik menyebabkan dominasi kelompok pemenang.

   






c.       Cara mengatasi perilaku Prasangka, Diskriminasi dan Entosentrisme

Ø  Berikut cara untuk mengatasi prasangka        :

1.      Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melatih anak menjadi fanatic.
2.      Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda: i) contact hypothesis—pandangan bahwa peningkatan kontak antara anggota dari berbagai kelompok sosial dapat efektif mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya berhasil hanya ketika kontak tersebut terjadi di bawah kondisi-kondisi tertentu. ii) extended contact hypothesis—sebuah pandangan yang menyatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompok out-groupdapat mengurangi prasangka terhadap kelompok tersebut.
3.      Kategorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari kategorisasi ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dari in-group.
4.      Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak berprasangka, pelatihan (belajar untuk mengatakan “tidak” pada stereotype).
5.      Pengaruh social untuk mengurangi prasangka.

Ø  Cara mengatasi  sikap diskriminasi :

1.      Belajar tidak membenci, karna dapat membahayakan diri sendiri bahkan orang lain.
2.      Mencoba berinteraksi dengan kelompok lain yang berbeda.
3.      Mengkaji ulang antara “kita” dan “mereka”. Pengkategorian ulang ini akan menimbulkan pandangan yang berbeda dengan sebelumnya.
4.      Pelajaran multiculturalisme harus dimasukkan kedalam pendidikan nasional dan dimulai sejak kecil.

Ø  Cara mengatasi sikap Etnosentrisme   :

1.      Memberikan Toleransi yang tinggi terhadap kebudayaan yang berbeda dengan  kebudayaan kita
2.      Menghargai suku,agama,dan ras yang berbeda
3.      Jika permasalahnnya karena miss communication bisa dengan mengadakan mediasi antar kepala suku atau kepala daerah
4.      Pemerintah harus lebih telaten dalam mengurusi masalah-masalah yang ada di sudut-sudut Negara, jangan hanya terpaku pada ibu kota saja
5.      Pemerintah harus lebih peka dan adil dalam pembuatan peraturan-peraturan agar tidak ada yang merasa di anak tirikan dan merasa tidak di perdulikan oleh pemerintah.
6.      Perbaikan pada manajemen konflik agar mampu mengurangi konflik yang terjadi antara kelompok minoritas dengan minoritas maupun antara kelompok minoritas dengan mayoritas. Misalnya di adakan manajemen konflik pada suku dayak dan suku Madura yang merupakan kelompok mayoritas, sehingga suku dayak tidak merasa di diskriminasikan.




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Konflik antar suku, agama dan ras di indonesia kemungkinan masih akan terus terjadi karena prasangka, diskriminasi dan etnosentrisme. Setidaknya konflik antar suku ini dapat dapat diperkecil apabila masyarakat Indonesia menerapkan dengan benar dalam kehidupan bermasyarakat Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti Berbeda-beda tetapi tetap satu,  kemudian juga menerapkan ideologi persatuan dan kesatuan indonesia dengan itu kemungkinan terjadinya konflik antar suku, agama dan ras di indonesia sangat kecil karena masyarakat bisa bersatu, dan saling menghargai.

B.     Saran
Kita harus tetap bersatu dan menghargai agar tidak ada lagi perpecahan terutama di Indonesia yang memiliki banyak suku, ras, budaya, agama yang berbeda.













DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Prasangka
https://id.wikipedia.org/wiki/Diskriminasi
http://kbbi.web.id/etnosentrisme
http://ilmusosialdasar-lintang.blogspot.co.id/2012/10/prasangka-diskriminasi-dan-etnosentrisme.html






Tidak ada komentar:

Posting Komentar